HARGA SEBUAH COPIL
Copil mungkin bukan hal yang terlalu besar
untuk di bicarakan atau diamati. Tetapi bagi sebagian orang, copil sangat
bermanfaat untuk melindungi petani dari teriknya sinar matahari di sawah. Tak
hanya untuk para petani, ternyata para pengrajin copil ini pun juga merupakan
mata pencarian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. kecuali pada musim
panen para pengrajin ini tidak mengayam copil,mereka akan memilih bekerja
sebagi buruh tani untuk memanen padi di sawah.
Hari ini tangal 6 mei 2013 mahasiswa
negarawan kembali beraksi dengan mengunjungi para pengrajin serta tempat-tempat
rekreasi di kota ponorgo. Tepatnya di desa karang gebang kec. Jintab kab.
Ponorogo, KAMMI (kesatuan aksi mahasiswa muslim indonesia) komisarial Fii
Sabilillah ponorogo kini mengadakan silaturahmi dengan salah satu pengrajin
copil di ponorogo yaitu ibu juminten. Ibu rumah tangga ini bersama suaminya
mengayam kebetan (bambu yang di belah tipis) sebagai bahan dasar copil. Dalam 1
hari bu juminten bersama suaminya bisa membuat copil 5-6 buah. Copil-copil ini
kemudian akan di jual kepada pak kardi sepekan sekali, salah satu pengusaha
pengrajin di desa jintab.
Sekitar 2.500-3.000 ribu harga copil
ini di batok oleh distributor. Setelah di tambah dengan warna serta gantungan
di leher, copil-copil dari bambu ini siap dipasarkan ke luar daerah ponorogo,
tulung agung, madiun,ngawi dan daerah sekitarnya yang biasa menjadi obyek
penjualan copil ini, dan tentu saja harganya pun sudah naik sekitar
10.000-15.000 ribu di pasaran pariwisata.
Karya-karya mereka memang unik, namun mereka
belum mengetahui begaimana menjual yang efektif dan tempat yang strategis untuk
menjual copil-copil tersebut. Pengaturan harga harus sangat di pertimbangkan
agar kualitas dan pengrajinnya pun tetap stabil dipasaran. Di ponorogo, sangat
mungkin untuk mengembangkan potensi mereka dengan menjual hasil karyanya di
tempat-tempat periwisata. Tetapi sayang, pariwisata pun juga bernasib sama.
Ketidak teraruran medan, jalan yang rusak, menanjak dan tidak terawat menjadi
penghalang menuju lokasi wisata tersebut. Hal ini menyebabkan para
wisatawan enggan untuk berkunjung ke tempat wisata dan kebanyakan mereka tidak
mengetahui area wisata tersebut walaupun di setiap perjalanan di suguhi
pemandangan yang sangat memukau dan alami.
Akankah kita mensia-siakan harta titipan
Allah yang sangat luar biasa ini? Ya, ini ada di ponorogo, dan kita tidak
membeli sebelumnya. Hanya butuh perawatan dan perhatian dari semuanya khususnya
pemerintah pariwisata untuk lebih memajukan ponorogo dengan ke indahan alam
yang dimiliki.
Ditulis oleh :
Dwi Endang Susanti
(Kadep. Kastrat KAMMI
Fii Sabilillah Ponorogo)
q pernah kesana rusdi
BalasHapus