Saudaraku, melihat wajahmu saja, hati ini kembali bergemuruh..
Iman terasa memasuki rongga-rongga tak terlihat..
Bukankah kalian adalah cermin bagi diri…
Wahai saudaraku, mari sejenak kita beriman..
Semoga ada wajah-wajah yang tak pernah mengeluh. Mengeluh akan amanah. Mengeluh akan sebuah kesibukan. Masih banyak kewajiban yang harus segera ditunaikan. Jatah waktu yang treus berkuarang. Amanah akan terasa sebagai beban. Bukankah dakwah tak membutuhkan kita, kita lah yang mebutuhkan dakwah.
Kekuatan seorang muslim ada pada malam sebagai waktu terbaik pengaduan. Air mata muhasabah membasahi seluruh permukaan wajah. Hanya Allah tempat terbaik untuk mencurahkan. Apapun yg akan terjadi. Ingatlah bahwa ketika kau tidak mempunyai siapa-siapa selain Allah. Allah itu lebih dari cukup bagi seorang muslim.
Semoga ada wajah-wajah yang tak pernah mengajak kita untuk menggunjing, memfitnah, dan sibuk dengan aib orang lain, namun lalai akan kekurangan dirinya sendiri. Semoga kebersamaan dengan saudara kita bukan sebagi penambah dosa kita, namun sebagai pemberat amalan kita.
Kita rindu bersua dengan wajah-wajah ini dalam perjalanan. Keberadaan saudara yang saling menguatkan, bukan malah melemahkan. Nasihat bijak sebagai teguran. Bukan teguran di depan umum yang diharapkan namun kelembutan hati nan ketulusan.
Inilah dia wajah-wajah keimanan. Yang digambarkan rasulullah yang satu menjadi cermin yang lain. Ada inspirasi saat memandangnya. Ada ide cemerlang dan energi isi ulang melihat keteduhannya. Ada muhasabah diri saat berada didekatnya. Subhanallah, betapa kita merindukan wajah-wajah seperti itu. Wajah-wajah itu adalah wajah-wajah saudara kita di jalan Allah.
Kita rindu wajah Ash-Siddiq Abu Bakar yang membuat kita tak lagi merasa ragu dan bimbang. Kita rindu wajah Al-Faruq untuk membuang segala perasaan takut(pengecut) kita. Kita rindu wajah Utsman yang selalu pemalu dalam bersikap. Kita rindu wajah Ali yang selalu bersahaja dalam berbuat.
Wajah-wajah saudara kita dijalan Allah menjadi warna tersendiri dalam menghiasi perjuangan kita. Kita tak sendiri,selalu ada mereka yang menguatkan, selalu ada nasihat bijak yang disampaikan, selalu ada salam yang menentramkan.
“Itulah yang diperbuat Keimanan..
Membuka mata dan hati..
Menumbuhkan kepekaan..
Menyirai kejelitaan, keserasian, dan kesempurnaan..
Iman adalah persepsi baru terhadap alam..
Apresiasi baru terhadap keindahan,
dan kehidupan di muka bumi,
di atas pentas ciptaan Allah,
Sepanjang malam dan siang..
(Sayyid Quthb)
 Ayyash Ibnu Sofian
Staff Departemen Humas KAMMI Komisariat Madani

http://kammimadani.wordpress.com

0 comments:

Posting Komentar