Satu abad lebih telah terlewati sejak Boedi Oetomo berdiri. Hari berdirinya Boedi Oetomo yang kita sebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional sudah setiap tahun kita peringati, namun yang harus menjadi koreksi bagi kita adalah sudahkah kebangkitan itu menginspirasi setiap orang yang memperingatinya untuk bertindak seperti yang dilakukan pencetus Boedi Oetomo? Atau malah setiap tahun kita hanya terjebak dalam aktivitas ritual seremonial tanpa makna.
Kondisi yang terjadi pada sebagian besar elemen masyarakat saat ini menjadi bukti bahwa hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap tahun hanyalah seremonial yang penuh retorika. Sebuah bangsa dengan tingkat kemiskinan yang semakin meningkat, kriminalitas yang silih berganti, kerusakan moral, serta pemerintah yang apatis. Maka 20 Mei kali ini sepertinya tak layak kita memperingati hari kebangkitan nasional. Naïf sekali bagi kita jika mengatakan bahwa kita telah bangkit untuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Kebangkitan itu memang telah terjadi, tapi itu 104 tahun yang lalu, dan untuk masa sekarang, kebangkitan itu terkubur perlahan seiring dengan terkuburnya mental kebangkitan.
Sebagai generasi muda dengan harapan, cita, idealisme dan intelektualitas sepatutnya mahasiswa tidak diam menyikapi persoalan-persoalan kebangsaan. Kampus, sebagai laboratorium kehidupan harusnya juga mampu mencetak iron stock yang kelak mampu melangkah untuk sebuah mengembalikan “kebangkitan” Indonesia menuju “kemerdekaan” hakiki. Dalam lingkupnya sebagai salah satu sarana pengkader intelektualitas mahasiswa agen penentu arah gerak masa depan bangsa. Organisasi-organisasi kampus yang berlandaskan ideologi islam lebih banyak berkutat pada kegiatan-kegiatan pembinaan keislaman dan dakwah kampus, sehingga tanpa disadari, mereka memiliki “otoritas moral” di dalam kampus untuk membicarakan moralitas dan keselamatan ummat. Dari sinilah seharusnya setiap kader organisasi islam sadar bahwa mereka memiliki peran yang strategis dalam membuat kebangkitan bangsa yang dimulai dari dalam kampus. Dari tangan mereka lah seharusnya tercipta sebuah kebangkitan mahasiswa yang nantinya akan berdampak pada terbentuknya bangsa yang madani. Organisasi islam harus mampu memposisikan kadernya untuk berkontribusi dalam pembangunan nation character. Mahasiswa Islam harus mampu memposisikan diri menjadi mahasiswa yang multitalent. Memiliki sisi dai, seorang aktivis, dan sebagai mahasiswa prestatif yang mampu memberikan inspirasi. Sudah saatnya organisasi mahasiswa bernafas Islam berinovasi dalam melukiskan warna pada canvas kehidupan kampus, sehingga karakter Islam menjadi ornament kemajuan yang mengiringi kemajuan kampus, yang kelak para alumninya meneruskan mebawa ornament tersebut pada kehidupan bernegara. mahasiswa Islam seyogyanya berkontribusi riil dalam organisasi-organisasi Islam sebagai gerakan penyadaran pada mahasiswa akan pentingnya memberikan perhatian kepada kebijakan kampus agar tidak menjadi korban kebijakan kampus yang bersifat politis.
Membumikan filosofi “langitan” yang ada dalam ruh Islam juga harus dilakukan agar ide yang mereka bawa dapat diterima sebagai rahmat, sehingga organisasi mahasiswa Islam mampu mengajak banyak orang untuk berpartisipasi pada setiap misi yang dibawanya. Kader organisasi mahasiswa islam harus mempunyai pandangan bahwa organisasi mereka bukanlah kumpulan dari orang-orang eksklusif yang hanya mengadakan kajian Islam saja, tetapi berdiri sebagai kumpulan orang yang memiliki misi perbaikan. Semoga kader organisasi mahasiswa Islam mampu menunjukkan bahwa Islam mampu menjadi poros kebangkitan Bangsa Indonesia moderen dalam kehidupan madani (baldatun thoyibun wa Robbun ghofar).
Imas Rifki Sahara
Aktivis KAMMI Universitas Jember

www.kammijatim.com

0 comments:

Posting Komentar