Sekian banyak buku dan lembran yang telah mencatatkan sejarah gerakan mahasiswa..jika dilihat sebelum merdeka bangsa Indonesia selalu dipelopori oleh kaum muda khususnya mahasiswa. Penolakan oleh Soekarno dan kawan-kawan terhadap imperialisme yang akhirnya melahirkan sebuah gerakan nasioanl dan pemberontokan besar-besaran hingga berbuah pada deklarasi prokalmasi kemerdekaan RI pada 17 agustus 1945. Kereta perjuangan itu tidak hanya berhenti disitu. Mengalir pada tahun berikutnya tahun 1966 gerakan mahasiswa yang berteriak dengan lantang menolak rezim orde lama, menyusul ditahun 1974 gerakan mahasiswa menaolak adanya NKK (normalisasi Kehidupan Kampus) dan begitu seterusnya sehingga puncaknya pada tahun 1998 pecahnya gelombang revolusi muda oleh mahasiswa dengan menumbangkan Rezim dictator yang berkuasa selama 32 tahun.
Belajar dari sejarah memang kontribusi pemuda dan mahasiswa dalam pemabangunan serta perubahan besar dalam bangsa ini selalu turut andil dan memberikan sumbangsi yang nyata. Misalnya shoe hoek gie yang telah menunjukan arti perjuangan idealisme. Amien rais pada tahun 1998 menjadi icon pada arus reformasi. Mereka semua adalah orang-orang yang dibesarkan di kampus dan dibawah benderah kekerasan dan ancaman. Pemuda dan mahasiswa itu mutlak adalah sebagai garda tedepan yang akan memperbaiki dan peduli akan kehidupan dimasyarakat.
Dulu pada tahun 1974 pernah diberlakukanya sistem NKK (Normalisasi Kehidupan kampus) oleh menteri pendidikan. NKK ini bertujuan untuk mengkerdilkan gerakan mahasiswa. Usaha NKK ini dianggap senjata yang ampuh supaya gerakan mahasiswa tidak membahayakan rezim yang berkuasa. Artinya ada keinginan pemerintah untuk berkuasa mutlak dengan nafsu birahinya tanpa ada satu pun yang mengganggunya. Karena memang gerakan mahasiswa sebagai sebuah sistem yang mendobrak dan memberikan fungsi kontrol bentuk penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam roda pemerintahan. NKK ini juga telah tidak mampu untuk mengekang gerakan mahasiswa. Sehingga semakin di kekang maka semakin melahirkan perlawanan.. pilhan sikap itu merupakan bentuk semangat yang selalu tertanam dalam jiwa-jiwa pemuda dan mahasiswa. Sikap-sikap ini real mestinya dilakukan oleh semua mahasiswa. Kita bukan bercerita tentang nostalgia gerakan mahasiswa dahulu. Tapi mestinya ini menjadi refrensi bagi kita yang merasa mahasiswa untuk menentukan pilihan sikap hari ini. Tidak hanya bercerita dahulu dan dahulu.. tapi hari ini kita bercerita tentang hari ini, dimana dan apa yang telah kita lakukan untuk Negara dan kehidupan ini. Pilihanya ada dua menjadi pelaku dari perubahan atau hanya menjadi penonton saja.. jika kita berada pada pilihan sebagai penonton maka kata soekarno “Pemuda yang berumur 20-21 tahun tidak berbuat untuk negaranya maka baikknya digunduli saja kepalanya”.. (***renungan buat semuanya)
Tapi hari ini kita tak bisa berbicara bagaimana peran dan fungsi mahasiswa itu sendiri. atau malah jangan-jangan kita terdaftar sebagai mahasiswa itu sendiri tapi kita saja tidak sadar siapa kita sesungguhnya. Jika dilihat dari teori bahwa komponen kehidupan di dalam struktur masyarakat, maka kita coba melihat bahwa elemen yang berada pada middle class (tengah) yang berada diantara masyarakat elit (pemerintah) dan masyarakat gressroot (rakyat, pekerja, buruh) adalah elelemen pemuda/mahasiswa. Posisi ini yang cukup menguntungkan bagi gerakan mahasiswa. Mahasiswa bisa masuk ke dalam semua lini kehidupan masyarakat. Artinya mereka bisa menembus tatanan masyarakat yang paling atas dan juga bisa sampai kepada lini masyarakat yang paling bawah (…mestinya begitu***)
Nah lantas kalau begitu apa sebenarnya fungsi dan peran kita sebagai mahasiswa? Ini pertanyaan yang mestinya muncul dari semua individu yang mengaku dirinya adalah mahasiswa..mahasiswa bukanla para pelajar yang hanya berpakaian bebas saja, tapi mahasiswa adalah orang-orang yang bebas secara berpikir “jauh dari penjajahan intelektual_red”. Sungguh resa dan gelisa jika kita mulai untuk memperhatikan kehidupan kampus pada hari ini..dalam buku Andriadri Rahmad (aktifis muda dari Bengkulu**) yang berjudul “Mahasiswa Hanya Bisa Demo”. Bahwa peran dan fungsi mahasiswa itu secara sederhana pertama adalah sebagai Agen Of Change, yang artinya adalah mahasiswa itu sebagai pelaku dari perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang dimulai dari pola pikir sehingga merubah selauruh tatanan kehidupan lainnya. Pola pikir yang di kembangkan oleh mahasiswa ini mestinya berpikir diluar batas rata-rata masyarakat biasa. Menimbulkan terobosan-terobosan baru yang akan melahirkan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan ini. Kedua sebagai Iron Stock, artinya mahassiswa la yang akan menjadi penerus dan menyambut etafet kepemimpinan bangsa. Karena elemen yang paling siap dan dipersiapkan dalam menyambutkan amanah besar itu adalah mahasiswa. Ketiga, Sosial Control. Sebagai kaum intelektual maka sudah menjadi tanggungjawab mahahasiswa untuk memberika pengawasan terhadap sistem sosial. Untuk memberikan Chek’s dan Ballance dan memperkecil tingkat penyimpangan sosial pada pemerintahan. Yang keempat adalah sebagai gerakan Moral Force, moral force ini adalah gerakan moral. Bukan gerakan bayaran. Gerakan yang dibangun adalah gerakan yang murni adalah membangun kesadaran bukan pada gerakan kekuasaan. Gerakan yang sesungguhnya adalah mengutamakan terpenuhinya kebutuhan semua orang banyak. Gerakan moral yang memperjuangakan hak-hak orang yang tertindas, meneriakan perlawan terhadap kekejaman dan ketidak adilan dalam kehidupan ini.
Mestinya tiga cirri gerakan mahasiswa adalah adalah membangun gerakan intelektual dengan membiasakan tiga budaya (tradition), Membaca, Diskusi, dan Menulis. Nah jika gerakan mahasiswa sudah jauh dari gerakan intelektual ini maka, apa lagi yang akan dibanggakan menajdi seorang mahasiswa. Membaca kita jarang, menulis kita malas dan diskusi kita tidak pernah.. apakah layak dikatakan mahasiswa?
Dalam konteks kekinian melihat gerakan mahasiswa semakin mengalami kekerdilan. Sungguhnya menyedihkan kampus hanya seperti menara gading saja. Hari ini kampus telah mati dari jiwa-jiwa gerakan. Mau tidak mau memang itu lah kondisinya. Kampus tak lagi menjadi indah,, yang dahulunya pernah melahirkan orang-orang yang berpikir besar..dan kritis terhadap permasalahan-permasalahan masyarakat. Kehidupan kampus hari ini tak ubahnya seperti pasar Swalayan atau Mall-Mall saja. Yang setiap hari rame dikunjungi oleh banyak orang yang terjadi disana hanya transaksi jual-beli saja. Tat ada rasa ikatan emosional. Dosen sebagai penjual dan mahasiswa sebagai pembeli. Mahasiswa hanya diberikan kesemptan untuk mengikuti dan tak diberikan kesempatan untuk tawar menawar tau mengusulkanide baru.. apalagi dalam perkuliahan. SKS dan kontrak politik yang dibebankan kepada mahasiswa terkadang tak fair juga. Sebenarnya bagi mahasiswa mau kuliah atau tidak kuliah itu adalah “HAK”. Nah bagi dosen mengajar adalah sebuah “KEWAJIBAN” pengabdian atas gaji bulanan yang mereka terimah. Artinya mahasiswa tidak perlu takut dengan konsekuensi yang akan terjadi jika tidak mengikuti perkuliahan. Kontrak perkuliahan yang sama sekali tak mengandung unsur keadilan. Tapi lebih banyak kepada pengekangan dan penindasan secara intelektual. Sungguh terjadi penindasan bagi mahasiswa ketika membuat kontrak poltik dengan dosen mata kuliah..sederhana saja misalnya” jika mahasiswa telat 10-15 menit maka mahasiswa tersebut tidak diperbolahkan ikut perkuliahan, tapi jika Dosen telat 30-60 menit atau tidak masuk sama sekali tak ada sanksi yang berlaku dengan mereka” ini lah yang dinamakan hukum yang tak manusiawai..(tidak humanis sama sekali) hukum seperti itu hanya berlaku di hutan rimbah” yang kuat akan menindas yang lemah”.. selamat bagi anda mahasiswa-mahsiswa yang tertindas hak nya yang hanya mengikuti kemauan dosennya saja…”jadila sang pengekor” (ajiep)
Bisnis terbesar yang subur pada zaman sekarang adalah ekspolitasi sumber daya manusia dalam jumlah besar-besaran. Perguruan tinggi mestinya adalah lembaga pendidikan yang semua warga negera berhak untuk mendapatkannya seperti amanat UUD misalnya “Mencerdaskan KehidupanBangsa” makna yang tersirat adalah bahwa negera harus menjamin kebutuhan pendidikan warganya tanpa pandang bulu,,apalagi bulu “kodok”..realitas dilapangan menunjukan hampir semua Lembaga pendidikan hanya terjangkau oleh masyarakat yang ekonominya menengah ke atas saja, secara UUD ini merupakan Inkonstitusional (melanggar aturan)..apalagi berbicara tentang perguruan tinggi. Dizaman sekarang dimana letaknya ada perguruan tinggi yang ” Berkualitas Dan Murah” dari sabang sampai merauke pun kita tak akan menemukannya. sebenarnya yang membuat kampus itu sendiri tak menjadi Indah bukan hanya sistem nya tapi pelaku dari sistem itu la yang menghancurkannhya sendiri..siapa pelaku sistem itu (Mahasiswa dan Dosen)..karena yang menjadi sopir yang akan mengendalikan kemana arah adalag meraka bukan yang lain. Jika iklim kampus diciptakan hanya iklim hedonis (pesta,cinta dan harta) maka outputnya pun akan seperti itu. Jika iklim kampus ini diciptakan gerkan maka outputnya akan menghasilkan kompetisi dan azas kebermanfaatan.
Gerakan Ormawa atau arisan ibu rumah tangga.
Dalam kehidupan ini kita akan selalu berhadapan dengan kondisi yang terkadang tidak mengenakan bagi kita sensdiri. Bicara masalah pergerakan, akan sangat luas sekali kupasanyanya. Sebagai generasi yang muda kita mestinya memiliki tanggungjawab atas keberlangsungan Negara ini. Mahasiswa sebagai komponen elit pemuda harus mengambil sikap tegas bahwa kemajuan bangsa ini ada ditangan mereka. Salah satu indikator untuk melihat apakah gerakan mahasiswa masih hidup atau tidak adalah dengan banyaknya agenda-agenda yang dibangun. Mengupas bagaimana kehidupan gerakan mahasiswa sekarang maka pada fase waktu-waktu akan berbeda-beda. Dahulu sebelum merdeka gerakan mahasiswa Indonesia adalah menolak imperialiasme, pada decade yang berlalu adalah dengan ketidak sepakatan dengan rezim orede lama dan kemudian dilanjutkan dengan menolak rezim orde baru yang gaung dari perjuangan adalah reformasi. Pasca reformasi ditahun 2000an gerakan mahasiswa mulai setengah kehilangan arah. Buktikanya misalnya kita lihat organisasi kampus seperti beberapa BEM n Organisasi lainnya mulai merasa tidak perlu lagi dengan memikirkan Negara. Sehingga sering kali kita lihat agenda-agenda yang dijalankan oleh organisasi mahasiswa ini lebih berbauh hanya menyelesaikan program kerja saja. Tanpa harus memkanai gerakan itu itu bermanfaat dan m,enimbulkan perubahan sosial apa bagi mahasiswa lainya.
BEM dan organisasi himpunan mahasiswa serta organisasi mahasiswa lainnya sekarang tak ubahnya terkadang seperti “Arisan Ibu-Ibu” saja. Karena mereka hanya menjalankan rutinitas belaka. Program kerja nya pun tak mengalami inovasi dan kreasi.tapi lebih banyak menajalankan program kerja nenek moyang. Betapa tidak menyedihkan mereka hanya mewarisi apa yang telah pernah dilakukan oleh senior-senior terdahulu. Sehingga jika tidak melanjutkan program yang pernah dibuat oleh seniornya mereka akan merasa berdosa sekali. Banyak contoh warisan senior yang terdahulu misalanya KBS (kemah bakti sosial),, hampir semua jurusan dan orgnisasi mahasiswa jika tidak melanjutkan program ini maka ia akan merasa jadi anak durhaka terhadap pendahulu atau seniornya..dan seniornya pun lebih cederung mengutuk juniornya.. turun-menurun. Warisan lainnya misalnya tradisi mhasiswa jurusan, pekan mahasiswa jurusan , dekan cup, dll (yang intinya program warisan senior la,,)
cetek sekali pemikiran yang seperti ini.
Ada juga warisan yang juga tidak bisa ditinggalkan adalah budaya “Peloncohan” dan ini khusus dibeberapa kampus masih menjadi program handalan.. coba kita kaji sejenak dengan akal sehat dan sadar, dalam kajian keilmuwan manapun tak ada satu pun yang membenarkan bahwa peloncohan terhadap mahasiswa baru akan membuat ia lebih pintar dibandikan dengan mereka yang tak kena peloncohan. Budaya peloncohan, OSPEK, kekerasan, radikalisasi ini adalah ciri dari zaman pra sejarah. Aktifitas primitive yang sering dilakukan oleh para preman-preman. Alangkah sedihnya pola pikir mahasiswa sama dengan zaman manusia purba (sejenis Kanibal) yang hobi nya kekerasan dan peperangan. Ini zaman kemajuan pengetahuan bukan zaman berburu dan peperangan. Kita tak ada ubahnya dengan manusia-manusia primitip yang belum mengenal tulisan sekalipun.. apa pun pembenaran kawan-kawan terhadap peloncohan itu tidak bisa diterima secara akal sehat. Hanya kanibal yang suka saling memusuhi dan memerangi sesamanya. Jika budaya itu masih saja kita lakukan maka bisa jadi teman-teman adalah kanibal-kanibal kampus.. yang akan memakan saudara-saudaranya sendiri..(ngeri sekali)
Ada beberapa kasus menarik akhir-akhir ini..betapa birokrasi kampus telah banyak berjuang untuk membuat program-program mahasiswa, tapi sayangnya itu semua tidak didasari dengan niat yang baik murni untuk menumbuhkan kesadaran mahasiswa. Tapi program yang dilakukan lebih banyak kepada kepentingan proyek mengahbiskan dana anggaran kegaiatan kemahasiswaa..sehingga menimbulkan gerakat mahasiswa sebagai penjilat birkrasi. yang dekat dengan birokrasi maka ia akan kuat secara material dan keuangan..Bersembunyai dibawah ketiak birokrasi n elit-politik, akhirny-akhir ini yang cukup gerah kehidupan organisasi kampus kepentingan politik birkrasi kampus juga cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap gerakan mahasiswa. Sedih juga melihat ketua BEM, Ketua Hima, atau ketua UKM yang terlalu mesra dengan birokrasi kampus. Teman-teman harus menyadari bahwa birokrasi kampus (rector, PR-PR nya dan Dekan dan PD-PD nya ) merupakan rekan seja bagi organisasi mahasiwa, jeolas dalam keputusan menteri pendidikan no 155 tahun 1999 menjelaskan bahwa “ organisasi mahasiswa adalah otonom”. Jangan lantas karena banyak mendapat keuanagan dari biroktrasi kampus sehingga mengurangi kekritisan kita sebagai mahasiswa. Jangan diam ketika sudah kenyang dengan birokrasi kampus. Mestinya kalian yang dipilih menjadi BEM, MPM, DPM, Ketua Hima, atau ketua UKM lebih kuat dalam memberikan control. Anda duduk disitu bukan hanya hebat tapi anda dipilih untuk memperjuangan mahasiswa. Bukan memperjuangakan kepentingan birokrasi atau elit politik dan partai poltiik sekalipun. Ketika teman-teman yang hari ini duduk sebagai ketua BEM, MPM, DPM, Ketua Hima, atau ketua UKM tidak memperjuangankan kebutuhan mahasiswa maka kedapan tidak usa meraka dipilih atau dihapuskan saja organisasi semua itu.
Betapa tidak menyakitkan akhir-akhir ini kejadian hari ini kita menyaksikan kok Bidang kemahasiswaan (PR,PD 3) aktif sekali dan memiliki program kerja yang terkadang melebihi dari program kegiatan BEM, HIMA,UKM. Kok mereka lebih aktif dari pada gerakan mahasiswa ya..? maka saya merekomendasikan untuk kedepan mestinya ketua BEM, HIMA, UKM bagusnya langsung aja dipilih dari dosen..
Posisinya adalah birokrasi kampus tidak boleh sampai melebihi kegiatan dari organisasi mahasiswa, apa pun dalilnya bahwa kegiatan mahasiswa maka sepenuhnya adalah mahahasiswa la yang menjadi inisiator dan penggerak. Kawan-kawan harus sadar juga bahwa kita mengambil hak kita.. karena uang yang kita pakai dalam kegiatan itu adalh uang kita sendiri yang setiap semesternya kita bayar..
Kecewa juga ya jika kita melihat orang-orang berada dipucuk pimpinan organisasi dikampus kita misalnya Ketua BEM, MPM, DPM, Hima, UKM dll tapi mereka tidak berusaha mengakomodir dari kebutuhan kita. Mala terkadang kita sering kali melihat mereka yang berada di posisi strategis BEM, MPM, DPM, Hima, UKM sangat romantic sekali dengan birokrasi kampus. Sehingga meraka terkadang tak sadar dijadikan alat-alat kepentingan licik dari birokrasi saja. Misalnya kasus dibeberapa hari yang lalu BEM FKIP UNIB tak mampu berkutik dan berdiri tegak dengan lantang menolak program yang diselenggrakan oleh PD 3nya.. betapa tak menyedihkan fakultas Keguruan FKIP dijadikan kayak bar- dan diskotik.. konser dangdutan ditengah-tengah kampus. Hingga beberapa fakultas lain harus menikmati dan terganggu. Emang kampus kita mau dijadikan pasar malam? Tak satu pun organisasi mahasiswa di fakultas FKIP unib berani menolak dan mengehentikan konser dangdutan itu..ini diFKIP aja seperti itu mw jadi apa calon-guru2 itu ? sampai-sampai ketua-wakil BEM FKIP serta jajarannya hanya bisa berdiam dan berzikir saja.. (ironis sekali kondisi ini) innalilahi buat kamu semua deh….
Ini lah yang mungkin dikatakan mayat-mayat kampus..mereka hidup dan bergerak tapi meraka kehilangan roh.. roh pergerakan yang sesungguhnya.. BEM, MPM, DPM, Hima, UKM kebanyakn tak ubahnya hanya seperti organisasi Event orgainezer (dari acara-ke acara, panitia-kepanitia “arisan ibu-ibu”)
Mestinya tugas kita adalah membangunkan roh-roh gerakan yang mati dalam jiwa-jiwa mahasiswa. Jika orang orang yang di organisasinya saja seperti itu maka bagaimana dengan mahasiswa yang tak bergabung diorganisasi,, mungkin lebih parah lagi.. ini menajdi cermin kehidupan kampus.. selain itu juga tugas dari ketua BEM, MPM, DPM, Ketua Hima, atau ketua UKM.. adalah melahirkan generasi-generasi besar sesudah mereka.
Issue-isue yang terjadi dimasyarakat tak lagi menjadi sudut perhatian gerakan mahasiswa. Bisa jadi terkadang kita berpikir sudah banyak yang dilakukan. Mulai dari kegaiatan pelatihan, seminar, training atau event-event. sebanarnya bukan kegiatan yang banyak harus kita lakukan ketika dalam gerakan mahasiswa, tetapi sebarapa banyak pengaruh dari kegiatan yang kita lakukan dapat mengubah pola pikir dan kebiasaan yang berazas manfaat terhadap kehidupan di jagad raya ini. Itu lah makna gerakan yang susungguhnya.
Purwanto
foeroce@yahoo.co.id
Penulis adalah Mahasiswa di Universitas Bengkulu
http://kammimadani.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar