“Sesungguhnya telah ada contoh teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.” (QS. Al Mumtahanah: 4)
Dari Ayat di atas kita diinfokan bahwa belajar dari kisah Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya sangatlah penting. Maka dari itu mari kita belajar salah satu bagian dari kisah ibrahim saat beliau meninggalkan istrinya yaitu siti hajar bersama anaknya yaitu ismail di tengah padang pasir yang gersang.
Dalam kondisi seperti itu, siti hajar dan ismail hanya dibekali makanan dan minuman yang hanya cukup untuk dua hari. Setelah perbekalan mereka habis, merekapun kebingungan. Akhirnya siti hajar berlari dari bukit safa ke bukit marwa, berharap akan mendapatkan sesuatu yang dapat menahan haus dan laparnya. Namun siti hajar tak kunjung menemukan sumber makanan ataupun sumber minuman. Tak kenal putus asa, akhirnya ia pun terus berlari dari safa ke marwa hingga tujuh kali.
Berkat usaha keras dan kesungguhan dari siti hajar, akhirnya turunlah pertolongan ALLAH SWT. ALLAH SWT memerintahkan jibril untuk membisikkan kepada siti hajar. Siti hajarpun kemudian mengikuti petunjuk jibril. Dihentakkanlah kaki siti hajar dan akhirnya muncullah mata air. Mata air yang hingga kini kita kenal sebagai sumur zam-zam. Air am-zam yang mana air ini tidak pernah kering meskipun letaknya ditengah padang pasir.
***
Sahabat. Satu hal yang patutu kita contoh dari kisah diatas adalah kerja keras. Dimana sti hajar berusaha keras sekuat-kuatnya meskipun seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan makanan dan minuman. Ia terus berusaha dengan berlari dari bukit safa ke marwa. Kegigihan dan kesungguhan serta usahanya akhirnya membuahkan hasil.
Begitu juga dalam hidup kita. Kita harus bekerja keras, sekeras-kerasnya, sekuat-kuatya agar pertolongan ALLAH SWT segera turun menolong kita. Pepataah mngatakan “man jadda wa jada” “siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”. Ini dapat diartikan juga jika kita tidak sungguh-sungguh maka kita tidak akan pernah berhasil.
Jadi kuncinya adalah kesungguhan. Kesungguhan untuk bekerja keras mewujudkan impian dan cita-cita. Apa cita-cita terbesar kita? Tidak lain dan tidak bukan adalah ridho dari ALLAH SWT. Karena sungguh hanya ridho dari ALLAH SWT yang dapat memasukkan kita kesurga-Nya. Sebagaimana dalam sebuah kisah seorang penghuni surga yang ditimbang satu nikmat bola matanya dengan amalan-amalan yang ia lakukan selama ia hidup di dunia dan hasilnya ternyata masih banyak nikmat satu bola mata. Lalu kenapa ia bisa masuk surga? Ia masuk surga karena ridho dari ALLAH SWT. Subhanallah...
Ada hukum kepatuttan dalam kesuksesan. Artinya, ALLAH SWT tidak akan memberikan kesuksesan begitu saja kepada setiap manusia, melainkan manusia itu ALLAH SWT sesuaikan dengan kesiapannya.
“sebuah nilai/keuntungan bukan merupakan sebuah tuntutan, melainkan sebuah konsekuensi logis yang harus kita lakukan”
Contoh yang paling mudah, jikalau seorang anak kecil diberikan motor, kira-kira berguna atau tidak? Pastilah tidak berguna. Kenpa? karena anak itu belum bisa mengendarai motor. Usia, tegaga, pikiran dan fisiknya belum memadai untuk mengendarai motor. Sehingga motor tidak akan diberikan kepada si anak kecil walaupun motor itu sangat diingini anak tersebut.
Begitu juga dengan keberhasilan atau kesuksesan. ALLAH SWT tidak akan serta merta memberikan kesuksesan kepada kita. Melainkan ALLAH SWT akan melihat seberapa besar usaha dan kesiapan yang kita usahakan dan kita persiapkan. Semakin bagus usaha kita maka akan semakin bagus yang ALLAH SWT berikan untuk kita. Begitu juga sebaliknya. Kerja yang buruk maka hasilnya juga buruk.
“barangsiapa bekerja maka ia akan mendapatkan hasil” kata pepatah.
Jadi semakin besar kerja kita maka semakin besar pulalah hasil yang akan kita dapatkan. Maka jangan pernah bersantai-santai saat bekerja agar tak menyesal saat pembagian upah. Ibaratkan dunia ini sebagai tempat bekerja dan akhirat adalah tempat menerima upah. Sebagaimana Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya “kapan seseorang itu berhenti dan beristirahat?”. Beliau pun dengan bijak menjawab , “Jika kita telah menginjakkan kaki di Surga, maka disanalah kita akan beristirahat.”. Begitulah nasihat dahsyat tatkala muridnya mengeluh akan ibadah, jihad, zakat dan segala aktifitas amal yang ia lakukan untuk mendapatkan ridho ALLAH SWT. surga, itulah obsesi kita. Surga itulah akhir muara kehidupan kita. Bagaimana cara mendapatannya? Kerja keras, ya kerja keraslah jawabnya. Tanpa kerja keras, hasil yang baik takkan mungkin kita dapatkan dan perlu kita ingat, semua ada proses yang harus kita lalui.
Ust Reza M Syarif dalam taujihnya pernah menyampaikan salah satu tafsir terhadap Qs. Al-Fatihah : 5 : “hanya kepada-Mulah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami memohon pertolongan”. Dalam ayat ini kita ditegaskan untuk bekerja dahulu, menyembah ALLAH SWT kemudian baru kita menuntut permintaan. Misalnya seoang pelajar, ia ingin mendapat juara I, maka tanpa menuntut menjadi juara satu jika ia belajar dengan rajin dan tekun, pasti juara I akan ia dapatkan. Ini aalah rumus pasti. Bukankah usaha keburukan yang terorganisir dengan baik akan mampu membuahkan hasil? Begitu juga dengan usaha kebaikan yang terorganisir dengan baik maka akan membuahkan keberhasilan pula. Jadi intinya pada usaha. Bahkan kita ditantang oleh ALLAH SWT jika kita tak mampu bekerja dengan baik :
“Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.” Qs. Hud : 57
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” Qs. Muhammad : 38
Dalam Al-Qur’an kita diperintahkan untuk bekerja. Ya, bekerja, bukan bersantai-santai karena hidup ini singkat. Bahkan Rasulullah SAW menggambarkan keberadaannya di dunia ini ibarat seorang pengembara yang singgah dibawah pohon ditengah padang pasir nan luas, sedankan tujuan perjalanan masih jauh. Singgah di pohon yang sebentar, itulah ibarat kita singgah di dunia ini.
 Qs. At-Taubah : 105 menegaskan “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu…..”.
Maka dari itu, mari kia giat bekerja. Giat untuk memperbaiki diri, mengisi hidup dengan penuh prestasi dengan harapan ALLAH SWT akaan segera menurunkan rahmat dan kasihsayangnya kepada kita semua, kepada keluarga, bangda dan ngara kita. Amin.
Pelajaran kedua yang patut kita ambil adalah optimisme. Ya, optimisme terhadap apa yang ALLAH SWT berikan untuk kita. Optimisme atau ghusnudzon itu penting karena keoptimisan akan berpengaruh terhadap hasil yang kita dapatkan. Mungkin kita telah berusaha maksimal, namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang kita harapkan. Disaat sperti iniah kita harus tetap berprasangka baik ke ALLAH SWT. Dalam sebuah hadits disebutkan : Dari Abu Hurairah RA berkata, bersabda Rasulullah saw.: Allah berfirman:“Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku, dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam lintasan pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan darinya (amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Maka dari itu, berprasangka baiklah kepada ALLAH SWT. Yakinlah segala usaha kebikn, kerja keras, peluh keringat dan pengorbanan kita akan mendapatkan balasan yang terbaik dari ALLAH SWT. Yakin dan optimis, berbaik sangka ke ALLAH SWT. Bukankah ALLAH SWT Maha Kaya, Maha Mngetahui dan Maha Besar? Dan sungguh sangat mudah bagi ALLAH SWT untuk membuat hambanya sukses maupun terhinakan.
Dalam Qs. Ya Sin ayat 82 dinyatakan : Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia (ALLAH SWT) menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.”
Maka dari itu mari kita yakinkan diri kita akan kebesaran ALLAH SWT. Jangan ada keraguan sedikitpun terhadap ALLAH SWT karena jika kita tidak yakin, itu artinya kita tidak fokus karena ALLAH SWT itu satu. Ibarat cahaya matahari, jika ia tersebar maka tak akan mampu membakar, naum sedikit saja cahaya matahari kita arahkan, kita fokuskan dengan kaca pembesar, ia akan mampu membakar kertas.
Apa yang kita bahas ini adalah sunnatullah. Intinya ALLAH SWT akan mengganjar orang-orang yang mau bekerja keras dengan imbalan sesuai dengan kerjakerasnya. Maka dari itu, mari kita mulai untuk bekerja keras. Fokus sampai lulus. Optimis sampai finis. Terus berusaha samapai kaki menginjakkan surga. Semoga ALLAH Yang Maha Memberi Petunjuk, senantiasa membimbing kita menuju jalan yang diridhoi-Nya, dan semoga ALLAH SWT Yang Maha Besar senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk terus belajar memperbaiki diri hingga ridho Illahi ALLAH Rabbul Izzati dapat kita miliki. Amin.
Oleh : Derit Vikiyono suksesearner@gmail.com

0 comments:

Posting Komentar