KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP TUHANNYA

Melaksanakan Rukun Islam
Rukun Islam terdiri atas syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji.
a. Syahadat
Syahadat adalah pintu masuk dienul islam dan merupakan cabang iman paling utama. Seperti diriwayatkan Muslim, Rasulullah bersabda: “Iman itu enam puluh sekian cabang. Yang tertinggi adalah perkataan la ilaha ilallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan.”
b. Shalat
Shalat adalah tiang agama, siapa yang mendirikannya berarti menegakkan islam dan siapa yang meninggalkannya berarti menghancurkan islam. Shalat pula yang pertama kali dihisab di akherat kelak.
3. Puasa
Diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Rasulullah bersabda: “Puasa adalah benteng.” Benteng yang melindungi muslim dari serangan hawa nafsu.
4. Zakat
Zakat memiliki dua fungsi, yaitu: menekan rasa bakhil dan cinta dunia, sekaligus memberikan santunan kepada orang-orang yang tidak mampu.
5. Haji
Haji adalah ibadah yang memiliki multi dimensi. Ada dimensi spiritual karena di dalam ibadah haji ada beberapa amalan yang ditetapkan syariat. Ada dimensi persatuan karena pada even itulah berkumpulnya seluruh ummat muslim di dunia dalam satu tempat dengan satu tujuan: ibadah hanya kepada Allah. Ada pula dimensi pengorbanan karena biaya dan energi untuk menunaikan ibadah haji sangat besar. Ada juga dimensi sejarah karena banyak simbolis terhadap ‘napak tilas’ perjalanan NAbi Ibrahim dan keluarganya.
Menyerahkan Diri Kepada Allah
Akhwat muslimah diharapkan menyadari bahwa kehidupannya berada dalam genggaman Allah— sebaik-baik pemilik dan sebaik-baik tuan—sehingga tidak perlu merasa khawatir akan jodoh, rezeki, dan lain sebagainya.
Kitapun tentu pernah mengetahui kisah para isteri Rasulullah yang menuntut Rasulullah memberikan penghidupan yang layak. Rasulullah pun merasa bingung dan gundah atas permintaan para isteri beliau. Kemudian, Allah pun berfirman, seperti yang ada dalam Q.S Al-Ahzab 28-29, yang intinya memberikan pilihan kepada para isteri: apabila mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasan, maka akan dipenuhi keinginannya itu tapi Rasulullah akan menceraikannya dan apabila menginginkan Allah dan Rasul-Nya maka Allah akan memberikan pahala yang besar. Dan, para isteri lebih memilih Allah dan Rasul-Nya yang jauh lebih bernilai dari kehidupan dunia dan perhiasan termahal sekalipun. Subhanallah!
Penyerahan diri  dibagi menjadi 2 macam: pasif dan aktif. Penyerahan diri secara pasif artinya, pasrah menerima segala ketentuan Allah. Misal, sudah menjadi ketentuan jika kita terlahir sebagai seorang wanita, sekeras apapun kita berjuang menjadi seorang pria, namun pada akhirnya fitrah kita sebagai wanita, yang tulus menerima kewajiban berjilbab, mengandung dan melahirkan anak, dan berbagai macam ketentuan sebagai wanita lainnya. Sedangkan penyerahan diri secara aktif adalah pasrah terhadap kodrat yang telah Allah tentukan dengan memberdayakannya menjadi potensi yang bermanfaat bagi kehidupan. So, pahami diri kita dengan mengupas tuntas tentang kewanitaan dari segi ilmu dan amalnya.
Ikhlas
Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya, dan segala sesuatu bergantung pada apa yang diniatkan. (H.R. Muslim)
Menurut Hasan Al-Banna dalam Risalah Pergerakan IM, ikhlas adalah meniatkan ucapan, perbuatan, dan perjuangannya untuk mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya. Tanpa bergantung pada profit, popularitas, gelar, julukan dan lain sebagainya.
Jika seorang akhwat muslimah melandasi perjuangan hanya karena menginginkan dunia, maka ketika gagal akan terluka hatinya. Ini dapat membuatnya gugur dari medan perjuangannya.
Sabar
Kesabaran itu tumbuh dari pemahaman. Semakin paham seseorang terhadap sebuah persoalan, maka semakin sabar ia berjalan di atasnya.
Kesabaran itu tumbuh dari kematangan jiwa. Seorang akhwat muslimah yang matang jiwanya—walaupun sering dikatakan wanita lebih mengedepankan emosi daripada logikanya—tidak akan terjerumus pada sikap emosional dalam menghadapi persoalan karena keimanan dan kepahamannya telah mendominasi pribadinya sehingga memunculkan kearifan.
Menurut Ibnu Taimiyah, kesabaran ada 3 macam:
  • kesabaran dalam melakukan ketaatan
  • kesabaran untuk tidak melakukan maksiat
  • kesabaran menerima takdir
Katakakanlah ‘aku beriman’ kemudian istiqomahlah (HR. Ahmad)
Seseungguhnya, kesabaran itu ada pada benturan pertama dari musibah (HR. Bukhari dan Muslim)
Merasa Diawasi Allah

Perasaan manusia senantiasa diawasi Allah akan melahirkan sikap ihsan dalam beramal. Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah, dan jika kita tidak melihat Allah maka Allah melihatmu.
Keimanan dan keislaman yang tidak diiringi dengan ihsan tidak akan mendatangkan cinta Allah.
Pendekatan kepada-Nya dengan Amalan Sunnah
Gunanya amalan sunnah adalah untuk mengekspresikan, menyalurkan cinta, dan keimanan hamba Allah kepada-Nya secara lebih dalam, sekaligus sebagai pelengkap jika ada kekurangan pada amalan wajib.
Dalam shalat, yang disunnahkan seperti: shalat dhuha, tahajud, rawatib, witir, dan lainnya. Dalam puasa, yang disunnahkan: puasa senin-kamis, ayamul bidh, Arafah, dan lainnya.
Hiasi kehidupan dengan ibadah wajib dan tambah kesempurnaannya dengan ibadah sunnah.
Percaya Penuh kepada-Nya
Akhwat muslimah diharapkan dapat tsiqoh kepada Allah. Kaidahnya, semua persoalan ada jawabannya. Jika pun berbagai pengorbanan telah dicurahkan, maka yakinlah Allah tidak akan pernah mensia-siakan amalan ibadah hamba-Nya yang beriman. Yakinlah, Allah akan menolong hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Yakinlah, janji Allah itu pasti .
Memperbarui Taubat dan Istighfar
Taubat artinya kembali. Istighfar adalah memohon ampunan. Allah memberikan kesempatan bagi setiap hamba-Nya untuk kembali jika tersesat. Ampunan dan toleransi masih Allah limpahkan kepada hamba-Nya yang tergelincir ke dalam kubangan dosa. Taubat dan istighfar adalah satu sifat orang-orang bertakwa.
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka mengingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapakan yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(Ali-Imraan: 135)

0 comments:

Posting Komentar