Tanggal 28 Oktober 2011 kita kembali memperingati Hari Sumpah Pemuda. Tepat 83 tahun silam, beberapa pemuda dari berbagai golongan mencetuskan sumpah. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, itulah inti sumpah yang kini kita kenal dengan sumpah pemuda. Pemuda-pemuda inilah  pelopor pemersatu bangsa yang kemudian mengantarkan Indonesia merdeka 17 tahun sesudahnya.
Mengapa harus pemuda yang mengawali perubahan? Itulah keutamaan pemuda. Pemuda memiliki fisik yang kuat, idealisme yang tinggi dan semangat yag menggebu. Maka tak salah jika pemuda mampu membuat perubahan. Semangatnya mampu mendobrak kebuntuan bangsa. Kekuatannya mampu mengalahkan segala rintangan. Keberaniannya patut diperhitungkan.
“Masa muda, masa yang berapi-api” kata Roma Irama. Begitulah pemuda semangatnya begitu menggelora yang akhirnya sejarahpun mencatat, reformasi juga dipelopori oleh pemuda, kemerdekaan diawali oleh pemuda.
Dalam Al-Qur’an pun dikisahkan betapa pemuda memang luarbiasa. Sebut saja Yusuf As. Masih muda ia dipenjara namun itu tak menggentarkan tekatnya untuk memperbaiki ummat. Akhirnya dengan izin dan kehendak ALLAH SWT ia pun menjadi sekretaris negara. Sekretaris yang cerdas dan bijak. Mampu membawa ummatnya bertahan dalam 7 musim kering. Subhanallah.
Begitu juga dalam kisah Ibrahim. Siapa yang berkorban untuk disembelih? Yang berkorban adalah ismail, putra ibrahim. Lagi-lagi pemuda yang menjadi aktornya, walaupun akhirnya yang disembelih adalah kambing. Ya begitulah pemuda, keberanianya luarbiasa.
Begitu juga dengan sahabat Rasulullah SAW. Ali Bin Abi Tholib ra. Contohnya, ia termasuk pemuda yang luar biasa. Ketika peristiwa hijrah, ia berani menggantikan Rasulullah SAW. Ia tidur di tempat tidur Rasulullah SAW. dan taruhannya adalah hidup dan mati. Namun dengan penuh ceria dan semangat membara ia berani mengambil resiko itu. Ali ra. Tidur menggantikan Rasulullah SAW.
Subhanallah.. Luarbiasanya para pemuda.. dan sungguh masih banyak lagi contoh pemuda yang luarbiasa. Itu semua bukan mimpi, juga bukan hayalan, namun kenyataan. Kenyataan yang telah dibuktikan.
Sahabat. Mari  kita merenung sejenak. Sesungguhnya kita sama dengan mereka. Kita adalah pemuda. Yang membedakan adalah mereka mau memaksilamkan segala potensinya sedangkan sebagian dari kita hanya duduk-duduk diam saja tak peduli dengan lingkungannya. Ketika melihat kondisi bangsa, bukannya solusi yang diberi tetapi caci maki dan hujatan yang dilontarkan. Disaat pemuda yang lain berusaha memperbaiki diri, justru sebagian dari kita menganggapnya sok suci. Betapa tak berharganya sebagian dari kita ini. Ibarat sebuah kapal, disaat ada orang yang berusaha melubangi kapal ini, kita justru membantunya. Sedangkan ketika ada orang yang berusaha memperbaiki kapal ini, sebagian dari kita justru mencegahnya. Astaghfirullah... manusia macam apa sebagian dari kita ini?.
Sahabat. Sudah saatnya kita menjadi bagian dari solusi bangsa ini. jika bukan kita, siapa lagi? Kita tidak bisa menuntut oranglain untuk mengawali perubahan, mengawali perbaikan. Kita hanya bisa menuntut diri kita sendiri untuk segera berbenah. Menata perbekalan. Mengubah peradaban. Jika kita tidak segera berubah, seperti apa anak cucu kita di masa depan?
Sahabat. “Masadepan bangsa ada ditangan pemuda”. “Masadepan indonesia ada ditangan kita”. Kitalah calon-calon pemimpin bangsa. Kitalah yang akan meneruskan perjuangan mereka. Sudah saatnya kita menyingsingkan baju. Berdiri tegak tanpa ragu. Dengan semangat untuk bersatu dan kita pekikkan “Akulah yang akan mengubah dunia dan akan kuawali dari diriku sendiri”.
“perjalanan beribu-ribu kilometer, diawali dari satu langkah pertama”. Sahabat, tanpa langkah pertama tak mungkin beribu kilo meter mampu kita lewati. Begitu juga dengan bangsa ini. tanpa kita BERANI mengawali, jangan harap ada perubahan untuk bangsa ini.
Sahabat. Kini saatnya bagi kita untuk menjadi pemain. Menjadi pelopor perubahan. Menjadi pengisi kemerdekaan dengan kebaikan. Jangan sampai kita menjadi pemberat negara yang membuat negara ni semakin bobrok dengan ulah kita. Adanya kita jangan sampai menjadikan negara semakin jelek, namun hadirlah sebagai lentera, meskipun cahanyanya kecil namun mampu menerangi. Jadilah lentera yang mampu mencerahkan sekitar kita.
Ibarat pertandingan bola, mari kita stop bersorak, stop mengkritik dan mari kita buktikan dengan langkah nyata. Mari jadikan kita sebagai pemain karena pengkritik biasanya penonton bukan pemain. Semoga ALLAH SWT memudahkan langkah kita, Amin. Oleh : Derit bin Adi

0 comments:

Posting Komentar