“Kesatuan aksi mahasiswa muslim indonesia komisariat Al-Badar Ponorogo bukanlah komsat yang kerdil, bukan komsat yang tak berdaya dan bukan komsat yang statis. Komsat Al-Badar Ponorogo adalah komsat yang dinamis, memiliki progresifitas tinggi dan mampu memberikan warna pererakan mahasiswa di ponorogo (khususnya).”
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan bersama, memiliki main goal memiliki tujuan akhir yang harus dan wajib dimengerti, dipahami dan diperjuangkan bersama-sama. Anpa adanya rasa paham, mengerti dan semangat tinggi untuk memperjuangkannya maka tujuan itu akan pincang. Ibarat keranda jenazah, yang terjadi adalah keseokan atau bahkan kehancuran manakla ke empat penyangga/pemikul keranda iu tidak memiliki visi misi dan tujuan yang sama. Maka disinilah pentingnya pemahaman kita terhadap tujuan bersama dari sebuah organisasi, khususnya di KAMMI Komisariat Al-Badar Ponorogo.
PILAR ORGANISASI
Ada pilar-pilar penting yang haus disinergikan dan di optimalkan dalam upaya mewujudkan tujuan sebuah organisasi. Pilar-pilar itu meliputi SDM dan struktur organisasi. SDM merupakan bagian terkecil dan terpenting dalam sebuah organisasi. Tanpa SDM yang baik maka organisasi tidak akan baik. Takjarang dalam sebuah peusahaan untuk meningkatkan kualias pekerjanya sering di ikutkan training-training dimana disana salah satunya disadarkan akan tujuan bersama perusahaan.
SDM yang baik merupakan harapan utama dari keorganisasian KAMMI. Hal ini dapat kita lihat dalam visi KAMMI yaitu “KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kade-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bansa dan negara indonesia yang islami”. KAMMI adalah organisasi pengkaderan. KAMMI membentuk kader dan mencetaknya menjadi kader tangguh yang siap menempuh perjuangan dengan penuh keseriusan takkan lelah, tak mudah gentar, dunia menjadi temat berjuangnya dan Surga tujuan akhirnya.
Kader yang baik akan mampu memberikan progressifitas terhadap organisasi. Satu orang kader yang baik akan mampu mengajak orang lain untuk ikut di KAMMI. Permasalahannya, bagaimana cara membentuk kader yang baik? Disinilah wewenag dari bidang-bidang yang ada di KAMMI. Bidang Kaderisasi adalah nafas dari organisasi. Biarpun yang ikut banyak, tetapi kalau kaderisasinya sakit maka tidak akan mampu mencetak kader yang hebat.
SDM yang baik memang menjadi pilar utama namun perlu dipahami bahwa struktur organisasi memiliki peranan penting dalam organisasi. Struktur yang tidak terstruktur dengan baik maka akan mudah digoyahkan dan akan mudah mengalami ketidak sinergian Atau bahkan akan mengalami kepincangan. Sebagaimana perkataan umar “Kebaikan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kejelekan yang tidak terorganisir..”.
Kenapa demikian? Ada satu hal yang perlu dipahami bahwa dalam penempatan individu dalam struktur organisasi perlu dipertimbngkan dengan baik, perlu ada analisa individu dimana seorang leader harus dapat menempatkan anggotanya sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Sebagaimana nasihat para shalafusshalih “jangan memberikan kedudukan kepada yang orang yang bukan ahlinya”
Kualitas dan kuantitas
Kuantitas dan kualitas ini menjadi suatu bahasan yang menarik. Dalam masalah inilah seringkali seorang kader salah memahami, berlebihan dalam mensikapinya. Bagaimana kita seharusnya mensikapi kualitas dan kuantitas?
Ada yang bilang “kader sedikit tidak apa-apa yang penting kualitasnya baik”. Menurut analisa saya ini adalah penyakit yang perlu obat keras agar penyakit ini sembuah. Kenapa demikian? Ada beberapa alasan yang perlu saya jabarkan agar mindset kita sama dalam mensikapi ha ini.
Pertama, kader yang berkualitas pasti memiliki indikator. Apa indikator kader yang baik? Tentu kita akan menjawab bahwa kader yang baik itu memiliki pemahaman keislaman yang baik, rajin beribadah, bisa memberikan kontribusi terhadap dakwah das.. jika itu jawaban antum maka sebenarnya jawaban antum itu masih terlalu luas, belum mengerucut dan lebih parahnya antum belum memahami ke-KAMMI-an (Afwan). Kenapa demikian. Dalam organisasi KAMMI dikenal dengan adanya IJDK (Indek Jatidiri Kder) yang mana disini sudah sangat rinci mulai dari amalan seorang kader hingga muwasoffat-muwasofat yang harus dipenuhi.
Kedua, ketidak mauan kita meningkatkan kuantitas dan hanya berfokus pada kualitas sesungguhnya kita telah terkena penyakit ujub (berbangga diri). Kenapa demikian? Coba antum jawab pertanyaan ini : Apa tujuan akhir kita? antum pasti akan menjawab tujuan akhir kita adalah SURGA. Untuk siapa surga? Pasti antum akan menjawab untuk manusia. Siapa manusia yang berhak mendapatkan surga itu? Siapa saja yang mau.
Jika kita logika, ketika kita sibuk memperbaiki diri sembari diluarsana banyak orang yang meraung-raung hatinya dalam kefanaan membutuhkan pencerahan, tetapi kita malah bersantai bernostalgia dengan sgala kekurangan dan perbaikan diri kita. padahal ALLAH menilai dari apa yang bisa kita berikan, kita kontribusikan bukan dari apa yang kita dapatkan. Atur ulanglah hatimu untuk mengajak orang dan menerima kebaikan dari oranglain. Jangan ada kesombongan yang membuat anum lalai dari mengajak pada kebaikan, sombong dengan kuantitas diri padahal kuantitas itu tidak hanya meliputi amalan amalan melainkan buah dari amalan itulah hasil dari amalan itu sendiri. Shalat banyak, tilawah banyak namun ketika akhlak tidak terpuji, na’udzubillah... “sesungguhnya aku diutus untu memperbaiki akhlak”
Ingatlah saudaraku, kita tidak membenci orangnya tetapi kita membenci perilaku buruknya. Jangan menjadikan kita takut dan ogah-ogahan mengajak orang untuk berbuat kebaikan hanya karena perilakunya yan buruk. Atau bahkan kita menjadi afwan –jijik- dan tidak mau menerimanya ketika mereka ingin ikut bergabung di dakwah ini. Ingat saudaraku, Rasulullah pernah ditegur ketika ada nenek-nenek tua datang untuk berislam namun rasulullah memalingkan mukanya. Qs. Abasa menjadi teguran bagi rasulullah. Lalu bagaimana dengan diri kita? jika penyakit ujub ini masih bersamayam di diri kita maka kita harus segera mengobatinya. Pikirkan dulu sebelum bertindak, pikirkan dulu sebelum mengajak, pikirkan dulu sebelum mengacuhkan orang yang ingin berbuat kebaikan. Dan subhanallah betapa baiknya Rasulullah kepada Abdullah bin ubay sekalipun keislamannya itu hanya ada pada lisannya, namun Rasulullah tetap membrikan hak-haknya sebagaimana orang islam.
Wahai ikhwahfillah, Hati yang peka akan mampu merasakan kehadiran penyakit ujib maka para salaffusshalih senantiasa mengajarkan kita untuk bermuhasabah, mengoreksi, menghitung-hitung dosa-dosa yang kita perbuat termasuk dosa hati/maksiat hati. Maka mari perbaiki kembali mindset kita untuk berdakwah meningkatkan kualitas meningkatkan jumlah penghuni surga.
Ketiga, ketidak mauan meningkatkan kuantitas adalah indikator bahwa kita kurang yakin dengan jalan yang kita tempuah. Bagaimana demikian? Ingat saudaraku bahwa islam ini adalah jalan yang benar, islam yang kita pelajari ini adalah ijtiha yang paling benar, islam yang kita anut ini adalah manhaj hidup yang menyelamatkan dan jama’ah yang kita berbaiat kepadanya ini adalah jama’ah kebaikan yang mampu menyelamatkan kita tuk meraih ridho-Nya Allah azza wajalla.
Seseorang yang yakin dengan jalannya maka ia akan mengajak oranglain untuk ikut bersamanya. Hati kita akan risih jika melihat saudara kita masih dalam kejahiliyahan. Pikiran kita akan berputar-putar untuk menemukan bagaimana agar saudara kita bisa merasakan indahnya berislam seperti kita. ingat, islam ini indah islam ini membahagiakan islam ini menentramkan. Ust Happy mengatakan “aku islam maka akau bebas, tidak diatur manusia melainkan ALLAH yang akan menjadi penuntunku”.
Kalau kita tidak mau mengajak orang lain berarti kita masih menganggap bahwa jalan orang lain itu jalan yang benar. Kita masih kurang pede bahwa jalan kita ini jalan yang menyelamatkan. Kita masih malu untuk menyeru. Kita masih pesimis untuk mengajak mereka kedalam jama’ah kita. mari kita sadari dan jangan jadi ikhwan/akhwat cengeng yang tak PeDe dengan keislamannya.
Keempat, peningkatan kuantitas adalah wajib dan memperbaiki kualitas adalah tanggungjawab. Kita tentu masih ingat dengan sirah nabawiyah kan? Apa yang Rasulullah perbuat untuk manusia? Apa yang para sahabat lakukan untuk dakwah ini? Dakwah adalah mengajak, mengajak untuk berbuat kebaikan, kembali kepada kesucian dan kemurnian penyembahan yaitu hanya untuk ALLAH SWT saja. Disini kita sudah dapati bahwa berdakwah ada hubungannya dengan kuantitas.
Kali ini kita coba pelajari secuil perjalanan hidup Rasulullah, masih ingat berapa jumlah orang islam pada dakwah awal Rasulullah? Dan apa yang terjadi dengan jumlah orang islam 10 tahun kemudian? Berapa jumlah orang islam saat bait aqabah I? Berapa jumlah umat islam saat-saat terakhir Rasulullah? Mhon dibuka lagi sirahnya jika antum belum bisa menjawabnya.
Dalam sirah perjalanan Rasulullah maka kita akan tercengang daan “subhanallah Allahuakbar” maha suci Allah dan ALLAH maha besar. Betapa signifikannya jumlah umat islam saat dakwah awal hingga berdirinya negara madinah. Dari sini kita dapat ambil kesimpulan bahwa mengajak orang kedalam jama’ah muslimin itu wajib. Mengajak kebaikan itu wajib. Meningkatkan kuantitas adalah wajib. Awalnya hanya 72 orang, selang 10tahun jumlahnya subhanallah meningkat drastis. Lebih daari 10.000 orang bertauhid.
Maka dari itu tidak adalagi alasan bagi kita untuk tidak meningkatkan kuantisas, tidak adalagi alasan untuk tidak memperlebar sayap dakwah ini. Semoga ALLAH SWT senantiasa membimbing kita tuk meraih ridho dan rahmatNya. Amin.
)* Derit V Ketum KAMMI 2011-2012
)* Derit V Ketum KAMMI 2011-2012
Assalamualaikum Wr.b.
BalasHapusUst. Tolong di Edit dulu dong sebelum di Publish..